Wednesday, November 22, 2006

KRISTUS MENEBUS KAUM PILIHAN (1)

KRISTUS MENEBUS KAUM PILIHAN ALLAH



Pertimbangan Awal

Kita percaya bahwa Tuhan Yesus Kristus menebus orang-orang berdosa dan memberikan jaminan keselamatan. “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa” (1Tim. 1.15). Tetapi, siapa sajakah orang-orang berdosa yang ditebus oleh Tuhan Yesus itu? Jawaban yang sering kita dengar adalah “setiap manusia tanpa terkecuali.” Beberapa data Alkitab yang tersebar di sana-sini untuk mendukung pandangan ini adalah sebagai berikut:

Yehezkiel 33.11, “. . . Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya . . . .”
Yohanes 4.42, “. . . Dialah benar-benar Juruselamat dunia.”

2 Korintus 5.14–15, “. . . bahwa satu orang sudah mati untuk semua orang maka mereka semua sudah mati . . . Kristus telah mati untuk semua orang.”

1 Timotius 2.3–6, “. . . Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan . . . yaitu manusia Yesus Kristus yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia . . . .”

2 Petrus 3.9, “. . . Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.”

1 Yohanes 2.2, “Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.”

Banyak orang segera menyimpulkan penebusan Kristus itu universal sifatnya, bagi tiap-tiap pribadi. Namun demikian, data di atas masih menyimpan dua macam opsi yang harus kita pecahkan.

Opsi pertama. Apakah Kristus mati untuk setiap manusia tanpa terkecuali sehingga setiap manusia pasti diselamatkan? Penebusan Kristus itu universal dan karena itu tidak ada seorang pun yang tidak selamat. Pandangan ini sebenarnya konsisten dalam kaidah bernalar:

Semua orang ditebus oleh kematian Kristus,
Kematian Kristus memberi keselamatan,
Maka, semua orang menerima keselamatan.

Hanya saja, apa ajaran ini benar? Alkitab terlampau blak-blakan tatkala membahas realitas neraka dan penghuni-penghuninya. Mempercayai pengajaran seperti ini akan berisiko menerjang pengajaran Alkitab mengenai dosa dan adanya orang-orang yang dimurkai oleh Allah. Pandangan “universalisme” ini biasanya dianut oleh kaum liberal.

Opsi kedua. Apakah Kristus mati untuk setiap manusia tanpa terkecuali tetapi tidak semua mendapatkan keselamatan karena tidak mau percaya Allah? Keselamatan Kristus itu universal, tetapi hanya beberapa orang—yang mau merespons karya penebusan Kristus dengan kehendak pribadinya—yang diselamatkan, yang lain akan dihukum. Pandangan kedua ini diikuti oleh mayoritas orang Kristen, paling tidak di Indonesia.

Sepintas lalu, opsi yang kedua itu nampak alkitabiah, sebab mencantumkan banyak ayat. Namun marilah mengamati konsistensi logika pandangan ini:

Semua orang ditebus oleh kematian Kristus,
Kematian Kristus memberi keselamatan,
Maka, hanya sebagian orang menerima keselamatan.

Logika yang aneh! Pertanyaan penting yang perlu diajukan selanjutnya adalah, apakah Kristus juga menebus orang-orang yang hingga matinya menolak Kristus? Karena itu, marilah kita sekarang meneliti kekonsistenan opsi kedua itu dengan lebih cermat.


Menakar Konsistensi Ajaran

1. Penebusan Kristus dan Rencana Agung Allah (Telaah Filosofis)

a. Jika kita percaya bahwa Allah pirsa saderengipun winarah, bahkan ketetapan-Nya sabda pandhita ratu, tentu kita sepakat bahwa Allah sudah mengetahui siapa yang akan menjadi milik-Nya. Bahkan Alkitab sendiri bersaksi bahwa Allah, dalam kedaulatan-Nya, telah memilih sejumlah manusia untuk menjadi umat-Nya sejak kekekalan (Ef. 1.4–5). Betapa inkonsisten bila Allah—yang sudah paham siapa saja yang menjadi milik-Nya—kemudian mengutus Kristus untuk menebus semua manusia tanpa terkecuali, termasuk orang-orang yang bukan kaum pilihan-Nya. Lebih-lebih kalau kita mau jujur, tidak ada satu ayat pun yang berkata secara langsung bahwa “Kristus mati untuk setiap manusia.”

b. Pengajaran opsi kedua ini akan konsisten hanya jika kita percaya bahwa Allah tidak memiliki rancangan keselamatan, serta tidak tahu ujung sejarah ciptaan. Kristus datang untuk menebus setiap manusia tanpa terkecuali, tetapi ada sejumlah kecil orang yang kemudian mau menerima-Nya, sehingga ndilalah jumlah umat Allah bertambah “di luar ketetapan Allah,” oleh sebab kehendak untuk memilih Kristus dan karya-Nya.[1]

c. Opsi kedua berniat untuk “meluputkan Allah” dari tanggung jawab bila manusia menolak karya Kristus. Tetapi sebaliknya, risiko berat yang harus dihadapi oleh pengajaran ini adalah: Allah sendiri tidak memiliki jaminan pasti siapa-siapa saja yang akan percaya kepada-Nya! Kalaupun Allah tahu, Ia tak berdaya, karena semua berdasarkan kehendak manusia! Bagaimana dengan jaminan keselamatan? O memang betul, para pen-dahulu kita setia dalam iman hingga akhir hidup mereka! Tapi, bagaimana dengan orang-orang yang hidup sekarang? Bagaimana dengan keselamatan kita? Bukankah ada kemungkinan kita pada akhirnya menolak karya Kristus? Sejangka waktu, di hadapan orang banyak, memang kita bisa tampak percaya, aktif, menjadi pengurus komisi bahkan majelis, tetapi siapa yang menjamin kalau seminggu, sebulan, atau setahun mendatang kita semua akan tetap setia? Bahkan Tuhan pun tidak! Bila demikian, maka pengajaran ini sesungguhnya mendiskreditkan Allah.

2. Penebusan Kristus dan Jaminan (Telaah Teologis)

a. Apakah arti Kristus sebagai “Juruselamat”? Yaitu keselamatan hanya tersedia di dalam Tuhan Yesus. Sekarang, pertanyaan balik yang perlu diajukan yakni, apakah keselamatan sebagai buah penebusan Kristus itu suatu kemungkinan ataukah kepastian? Yang dimaksud dengan kemungkinan berarti, “penebusan Kristus hendak mengerjakan keselamatan orang ber-dosa, tergantung seseorang mau atau tidak diselamatkan; Tuhan tidak dapat memaksanya.” Sedangkan kepastian berarti, “penebusan Kristus pasti mengerjakan keselamatan untuk manusia berdosa.” Kita tentu percaya bahwa penebusan itu efektif dan pasti. Perhatikan selanjutnya.

b. Setiap orang Kristen percaya bahwa hakikat kematian Kristus adalah “substitusi,” (penggantian) kurban bagi penebusan dosa. Kristus menggantikan kita, orang-orang berdosa, dari murka Allah yang menyala-nyala, sehingga kita diampuni oleh Allah:

“Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya di dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2Kor. 5.21).

“Substitusi” ini meliputi empat aspek:

(i) “propisiasi,” meredakan atau meredam murka Allah yang kudus (Ibr. 2.17; 1Yoh. 2.2);
(ii) “expiasi,” menghapuskan dosa (Rm. 3.25);
(iii) “rekonsiliasi,” pendamaian manusia dan Allah (Rm. 5.10; 2Kor. 5.20);
(iv) “redempsi,” penebusan dari kutuk Hukum Taurat (Gal. 3.13; Kol. 1.14).

c. Jika Kristus benar-benar datang untuk menebus setiap orang tanpa terkecuali, dan penebusan Kristus itu efektif, berarti Kristus pasti menggantikan setiap orang tanpa terke-cuali. Bila ini benar, maka seharusnya setiap orang tidak lagi menanggung murka dan kutuk Allah, sebab Kristus telah menanggung murka Allah itu sebagai ganti setiap manusia tanpa terkecuali. Maka, setiap manusia pastilah diselamatkan oleh Allah, atau penebusan Kristus tidak memiliki daya apa-apa atas manusia yang dikuasai oleh dosa. (Awas!! Ingat bahaya opsi pertama di depan!) Tetapi kenyataannya, ada orang-orang yang menerima penghukuman dari Allah! Kalau Kristus menebus semua orang, mengapa mereka ini masih dihukum oleh Allah?

d. Marilah kita juga merenung: Apakah Kristus datang untuk menggantikan penghukuman orang yang menolak Kristus sehingga ia tak lagi berada di bawah murka Allah? Apakah Kristus menebus dan meredam murka Allah demi orang yang menolak Dia? Apakah Tuhan Yesus mati menghapuskan dosa-dosa orang yang menolak-Nya? Apakah Tuhan Yesus mendamaikan orang yang menolak Kristus dengan Allah sehingga tak ada lagi perseteruan antara orang itu dengan Allah?

e. Semoga kita tidak melakukan lompatan logika, dengan berkata, “Sebenarnya Yesus [mau] mati untuk orang itu, tetapi dia sendiri yang menolak Kristus!” Sebab kita akan terbentur kembali dengan kesimpulan, bahwa kematian Kristus tidak memberi kepastian, tetapi sekadar kemungkinan: Insyaallah, bila orang itu mau percaya! Sungguh posisi yang tidak konsisten!

3. Penebusan Kristus dan Sejarah Penebusan (Telaah Biblis)

a. Sesungguhnya, Alkitab jelas-jelas bersaksi bahwa Kristus menebus kaum pilihan Allah. Suatu karya penebusan terhadap sejumlah umat yang definitif.

b. Bila Kekristenan konsisten dengan berita Perjanjian Lama (PL), maka penebusan Kristus harus ditempatkan dalam matra “sejarah penebusan” dan berita eskatologis PL. PL berbicara mengenai pengharapan kosmos, alam raya ciptaan Allah, dan hal ini baru dapat terlaksana bila umat Allah dipulihkan. Tatkala Mesias hadir, Ia datang untuk memulihkan Israel, umat Allah, dan pemulihan umat Allah inilah yang akan meretas jalan pemulihan kosmos (Yes. 55).

c. Kalau demikian, Yesus dari Nasaret layak disebut Mesias bila Ia memenuhi tugas panggilan-Nya sebagai pemulih Israel. Ternyata berita yang disampaikan kepada Yusuf mengenai Anak yang akan dilahirkan oleh Maria yakni, “Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Mat. 1.21). Aha! Bukan menyelamatkan semua manusia tanpa terkecuali! Tetapi berita mengenai “penebusan terbatas”! Mindset (pola pikir) penulis Injil sangat dipengaruhi oleh berita PL, bahwa keselamatan atas bangsa-bangsa bisa terlaksana hanya bila Mesias yang sejati datang dan menebus umat Allah dan menancapkan prinsip Kerajaan Allah di atas dunia. Jelaslah kini, bahwa penebusan Kristus untuk setiap orang tanpa terkecuali menghadapi kendala terasing dari kesinambungan berita penebusan di PL.

4. Penebusan Kristus dan Pekabaran Injil (Telaah Praktis)

a. Banyak orang Kristen beranggapan, penebusan bagi semua orang tanpa terkecuali akan mendorong semangat penginjilan. Sebab, bagaimana mungkin kita akan menginjili orang yang tidak percaya bila Kristus tidak datang dan menebusnya? Maka, Kristus haruslah terlebih dahulu menebus setiap manusia ketika ia masih ada di dalam dosa. Sehingga, kita mengajukan tantangan dengan berkata, “Tuhan Yesus mati untuk kamu,” oleh kehendak bebas pribadi ia akan menanggapi karya Kristus secara positif, menerima, atau negatif, menolak Kristus dan karya-Nya.

b. Tetapi marilah kita menimbang dengan serius. Kalau Kristus mati untuk semua orang, dan iman itu berdasarkan pilihan bebas dari manusia—dan orang beranggapan hal ini akan melancarkan penginjilan—adakah jaminan kelak Tuhan Yesus akan menjumpai seseorang beriman di dalam dunia ketika Ia datang kembali? Keselamatan berdasarkan kehendak bebas tidak memberi jaminan yang pasti! Jangan-jangan semua orang yang sekarang ini berkobar-kobar dalam melayani Tuhan, menjadi majelis dan aktivis, ternyata kemudian berbalik dan melawan Tuhan!

c. Cobalah merenung. Kita menggebu-gebu dalam melayani banyak orang supaya mereka bertobat, dan kita berhasil memenangkan mereka! Tetapi suatu saat kita menjumpai semua orang yang kita layani berbalik dan tidak percaya lagi kepada Tuhan, apa yang kita ungkapkan? “Yaah, saya serahkan sajalah kepada Tuhan!” Bukankah ini kontradiktif? Lho, lho, lho, katanya kepercayaan itu berdasarkan pilihan bebas, tetapi ketika orang-orang hasil dari penginjilan kita murtad, maka tanggung jawabnya kok dilemparkan kepada Tuhan? Harus diakui, ajaran penebusan bagi semua orang tanpa terkecuali malah membuat pesimis penginjilan!


[1]Di sinilah beberapa teolog open theism, “teisme terbuka,” seperti William Hasker dan Clark Pinnock menganjurkan ide middle knowledge, “pengetahuan tengah,” yaitu bahwa Allah hanya merancang penebusan dan keselamatan manusia seluruhnya, tetapi ada peristiwa lain yang menyusup dan terjadi, yakni dosa yang mengakibatkan “pergeseran” rencana Allah itu. Kristus datang menebus semua orang tanpa terkecuali, tetapi ada sebagian orang yang mau “menerima” rencana Allah dengan kehendaknya, tetapi ada juga yang menolak. Penolakan dan penerimaan ini pun termasuk kejadian yang menyusup. Jadi, Allah menerima suatu “kejutan baru.”

No comments: