Saturday, November 11, 2006

Selayang Pandang Reformasi

HERE I STAND!:

SELAYANG PANDANG REFORMASI



PENDAHULUAN

Reformasi tidak hanya melandasi gerak dan semangat saya sebagai seorang Kristen, tetapi juga bagian penting yang mengisi akal budi dan pemahaman saya mengenai Allah, Firman Tuhan dan alam semesta. Reformasi membuat saya sadar, bahwa fungsi akal budi dalam mengikut Tuhan tidak boleh diabaikan, tetapi justru semakin dipertajam.

Mengapa belajar sejarah? Bagi sebagian orang, sejarah hanyalah kenangan indah di masa lalu, memori kejayaan-kejayaan yang membuat orang malas berubah. Sebagian orang lagi menganggap sejarah hanyalah dongeng kosong yang tidak relevan untuk hari ini. Meskipun demikian sejarah sebenarnya tidak pernah menjadi usang. Argumen di atas sah hanya bagi sebagian orang. Betapa penting kita menilik sejarah agar kita dapat mengevaluasi kesalahan-kesalahan para pendahulu kita. Sejarah membuat kita semakin kritis dan berpikir tajam. Autentisitas masa kini akan semakin utuh tatkala kita berani melakukan evaluasi terhadap sejarah.

Mengapa Hari Reformasi? Sejarah Reformasi tidak sekadar kisah kejayaan. Di balik itu, tragedi juga terjadi. Bagaimanapun juga, Reformasi merupakan sebuah titik balik krusial dalam sejarah manusia yang memiliki dampak sampai masa kini. Tanpa Reformasi, takkan pernah ada kritik yang membuat gereja berpikir ulang mengenai praktik dan pengajaran. Tanpa Reformasi, pengajaran akan terhisap pada otoritas klerus sebagai ecclesia docens. Tanpa Reformasi, Kristus yang bangkit dan menang tidak akan pernah diberitakan secara murni. Kita akan mengamati tiga tokoh penting, yaitu Martin Luther (1483-1546), Huldrych Zwingli (1484-1531) dan Yohanes Calvin (1509-1564).


REFORMASI LUTHER

Luther belajar di Universitas Erfurt untuk bidang seni, sebelum mendapat pendidikan teologi di sebuah biara Agustinian di sana. Kemudian ia mendapatkan posisi sebagai profesor di Universitas Wittenberg untuk mata kuliah Mazmur, Roma, Galatia dan Ibrani. Pada masa-masa profesoratnya inilah teologi Luther berkembang, khususnya mengenai doktrin pembenaran. Doktrin inilah yang kemudian menjadi pusat teologinya. Mengapa doktrin pembenaran? Hal ini bermula dari pergumulan pribadi Luther mengenai keselamatan dirinya. Sampai akhirnya Luther menemukan bahwa manusia dapat selamat hanya apabila ia dibenarkan oleh Allah melalui iman kepada Yesus Kristus.

Gerakan reformasi Luther memfokuskan diri dengan pembaruan isi pendidikan teologi di Universitas Wittenberg. Hanya saja, selama Luther menjabat sebagai profesor, gerakan ini tidak mendapat dukungan dari banyak pihak. Hanya kemudian, aktivitas pribadi Luther yang menancapkan sembilan puluh lima tesis di pintu gereja Wittenberg dapat menarik perhatian banyak orang. Tesis-tesis tersebut merupakan gugatan mengenai praktik penjualan indulgensia yang dipakai untuk mengumpulkan uang bagi pembangunan ulang basilika St. Petrus di Vatican. Surat ini sering disalah mengerti sebagai sarana yang disahkan oleh gereja untuk mendapatkan keselamatan dari Allah dengan segera. Padahal, dasar dari penjualan surat ini ialah rasa syukur orang-orang berdosa bagi pengampunan dosa. Sekali orang berdosa dijamin bahwa dosanya sudah dihapus oleh gereja, yang bertindak atas nama Kristus, secara otomatis mereka mempersembahkan uang secara ikhlas dan tulus. Pelan-pelan, pemberian uang bagi upaya welas asih dan untuk mengisi kas gereja ini dipandang identik dengan penghargaan dari pengampunan tersebut. Patut dicatat di sini, persembahan ini adalah akibat dari pengampunan, bukan penyebab untuk mendapatkan pengampunan itu.

Pada zaman Luther, nampaknya telah terjadi kesimpangsiuran pandangan. Orang-orang percaya bahwa indulgensia ini merupakan cara yang cepat dan tepat untuk mendapatkan pengampunan tersebut. Karena itu, Luther protes. Pengampunan merupakan suatu keadaan berubahnya hubungan antara seorang berdosa dan Allah, bukan masalah spekulasi uang. Pengampunan oleh anugerah Allah dikacaukan dengan membeli kemurahan Allah.

Sebenarnya, gerakan Luther mulai efektif sehabis ia menjalani masa pengasingan di Wartburg. Pada tahun 1521, ia dikecam oleh Diet dari Worms sebagai pengajar “doktrin yang salah.” Di dalam perdebatan dengan Diet dari Worms inilah Luther mencetuskan satu kalimat agung, “Here I stand, I can do nothing. Lord, help me!” Selama setahun, ia mengasingkan diri di Wartburg. Pada tahun 1522, Luther merasa perlu kembali ke Wittenberg dan memimpin reformasi di sana. Ia kini tidak hanya menjadi pemikir akademis, ia terjun sebagai pemimpin keagamaan, sosial dan masyarakat.

Apa yang kita lihat dari reformasi Luther? (1) reformasi intelektual; (2) reformasi doktrin; (3) reformasi komitmen; (4) reformasi sosial dan masyarakat.


HULDRYCH ZWINGLI

Belajar di Universitas Wina dan Basel sebelum memangku jabatan pastoral di Swiss bagian selatan. Gerakan Zwingli sebenarnya dimulai sebagai gerakan humanis. Ia sangat dipengaruhi oleh Desiderius Erasmus. Tahun 1519 ia pindah ke Zurich dan melalui mimbar ia menyerukan perlunya reformasi. Semula, reformasinya berpusat pada perubahan kehidupan moral gereja. Kemudian, arah gerakannya meluas sampai kepada perombakan doktrin mengenai gereja, sakramen dan ibadah.

Zwingli lebih liberal ketimbang Luther. Bila Luther masih meneruskan beberapa tradisi dari Katolik Roma, Zwingli meninggalkannya sama sekali. Zwingli adalah penganjur utama iconoclasm, “pemusnahan benda-benda seni di dalam gedung gereja.” Ia tidak tertarik untuk mengkaji satu doktrin sebagai titik tolak pandangannya, tetapi lebih cenderung menyerukan perubahan institusional, sosial dan etik.

Kita mengamati beberapa hal dari reformasi Zwingli: (1) reformasi etik-moral; (2) reformasi ibadah dan sakramen; (3) reformasi doktrin gereja.


YOHANES CALVIN

Menempuh studi di Paris dan Orleans–di mana ia belajar hukum kemasyarakatan. Calvin memandang perlu adanya sebuah buku pegangan yang ditulis secara jelas mengenai ide mendasar dari teologi Injili, berdasarkan Alkitab dan mempertahankan serangan dari Katolik Roma. Pada tahun 1536 ia menerbitkan edisi perdana Institute of the Christian Religion, dengan enam bab. Sampai pada akhirnya, edisi 1559 terbit dengan delapan puluh bab yang dibagi menjadi empat buku. Hal yang terutama dari teologi Calvin adalah bahwa seluruh sistem teologi harus setia kepada Alkitab dan kejelasan dari pemaparan isinya.

Calvin harus meninggalkan Geneva pada tahun 1538 karena diusir oleh dewan kota. Ia menuju Strasbourg dan menjadi pendeta jemaat yang berbahasa Perancis di sana. Di sanalah edisi revisi Institute terbit (1539) dan edisi berbahasa Perancis (1541). Bersahabat dengan Martin Bucer, sang reformator Strassbourg, Calvin mampu mengembangkan ide mengenai hubungan antara kota dan gereja. Dengan demikian, Calvin tidak hanya bergerak dalam dunia intelektual.

Oleh karena kondisi Geneva yang semakin kacau, pada September 1541, Calvin diundang kembali ke Geneva untuk memulihkan tatanan dan kepercayaan rakyat di sana. Masa ini menjadi awal reformasi terbuka Calvin untuk mewujudkan idenya mengenai gereja dan kota, dengan cara menjadikan pemerintahan gereja sebagai model pemerintahan kota. Hal ini tercermin dalam tulisan-tulisannya yang terkemudian. Gerakan Calvin dikenal sebagai “Reformed” atau “Calvinisme.”

Beberapa poin penting Reformasi Calvin: (1) reformasi doktrin berdasar Alkitab; (2) reformasi gereja; (3) reformasi kota.


KESIMPULAN

Reformasi Protestan berhasil membuat gereja Roma Katolik tergugah. Kontra Reformasi yang dirancang khusus sebagai canon untuk melawan Reformasi Protestan harus diakui merupakan dampak dari gerakan Reformasi. Tanpa Reformasi, maka Katolik Roma nampaknya tidak akan pernah membarui dirinya dari dalam.

Tetapi hal yang sangat penting untuk kita pelajari ialah, bahwa Reformasi juga merupakan rediscovery of the true doctrine based on the teaching of the Holy Scripture. Atau singkatnya, the Gospel rediscovered! Sehingga, doktrin apa pun yang tidak sesuai dengan Alkitab harus ditolak. Tetapi kita pun harus sadar, kebenaran yang ditemukan ulang tersebut bukan hanyak kebenaran-ku pribadi. Kebenaran itu tertular ke orang lain, dan membawa dampak ke masyarakat luas. The rediscoverd truth will give impacts to society. Marilah kita bertanya, apakah selama kita beriman kepada Tuhan, orang lain sungguh merasakan dampak dari kehadiran kita sebagai orang Kristen? Here I stand, I can do nothing. Lord help me.

Selamat memperingarti Hari Reformasi ke-489!

TERPUJILAH ALLAH!

Referensi:

MacGrath, Alister E. Christian Theology: An Introduction. Edisi ketiga. Oxford: Blackwell, 2001.

--------. Historical Theology. Oxford: Blackwell, 1998.

McNeill, John T. “Lutheranism, Luther.” Hal. 342-4 dalam The Westminster Dictionary of Christian Theology. Ed. A. Richardson & J. Bowden. Philadelphia: Westminster, 1983.

--------. “Reformation, Reformation Theology.” Hal. 488-90 dalam Ibid.

No comments: